Renungan Akhir Tahun Bagi Seorang Muslim | Khutbah Jum’at

Khutbah Jum’at | Renungan Akhir Tahun Bagi Seorang Muslim | Halo selamat siang Sahabat Dtangsel, kali ini mimin akan coba menuliskan contoh ceramah jum’at dengan judul Renungan Akhir Tahun Bagi Seorang Muslim. Ceramah ini sangat cocok bagi khatib jum’at yang ceramah pada bulan Muharam, dimana pada bulan tersebut umat muslim merayakan tahun baru Islam.

Mari simak conoh ceramah dibawah ini

Pengantar

Jamaa’ah Shalat Jumat rahimakumullah,

Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala nikmat dan karunia-Nya yang tak terhingga kepada kita semuanya, terutama nikmat iman dan Islam yang merupakan nikmat terbesar bagi seorang hamba. Demikian pula dengan nikmat kesehatan, keamanan dan rezeki yang mencukupi.

Kami berwasiat kepada diri kami pribadi dan kepada Jamaah shalat Jumat sekalian, marilah kita senantiasa berusaha untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semaksimal kemampuan yang kita miliki di mana pun kita berada.

Dengan takwa inilah kita akan mendapatkan keselamatan, kebahagiaan dan kemuliaan di dunia dan akhirat. Allah Ta’ala akan memudahkan urusan kita dan memberi kita rezeki dari arah yang tidak pernah kita sangka.

Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi yang mulia, Muhammad bin Abdullah ﷺ , keluarganya, para sahabatnya dan siapa saja yang beriman kepadanya serta mengikuti sunnahnya dengan istiqamah secara lahir dan batin hingga akhir zaman.

Baca juga: 16 Perangkat Pembelajaran TK/PAUD Kurikulum 2013

Kita Berada Di Penghujung Tahun Masehi

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Saat ini kita berada di penghujung tahun masehi, sistem kalender yang didasarkan pada peredaran bumi mengelilingi matahari. Kita akan segera berpisah dengan tahun ini dan akan segera berjumpa dengan tahun yang baru tidak lama lagi.

Tahun ini beserta apa saja yang telah kita lakukan selama satu tahun penuh, akan menjadi masa lalu, pergi meninggalkan kita untuk selamanya hingga hari kiamat.

Untuk itu sudah semestinya kita sebagai seorang Muslim yang senantiasa sadar akan keterbatasan umur yang kita miliki di dunia ini, perlu melakukan evaluasi diri atau yang lebih dikenal dengan istilah muhasabah terhadap diri kita sendiri.

Hal ini penting dilakukan agar kita tidak temasuk orang-orang yang lalai atau lengah dan terpedaya dengan diri kita sendiri. Kadang seseorang merasa tidak ada masalah dengan dirinya. Namun setelah diteliti dengan lebih serius, ternyata banyak hal yang perlu dikoreksi dengan segera.

Kalau tidak dilakukan ujungnya sudah jelas, kerugian dan kesengsaraan yang besar di dunia dan akhirat. Wal ‘iyadzu bilah

Baca juga: Kumpulan Khutbah Jum’at

Renungan Akhir Tahun Kita

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Dalam urusan dunia, seperti urusan bisnis misalnya, seseorang senantiasa melakukan evaluasi secara teliti dan rutin setiap pekan atau bulan dan setiap tahun.

Tujuannya, untuk memastikan bahwa usaha yang dilakukannya membuahkan hasil yang diharapkan dan tidak mengalami kerugian atau mengarah kepada kebangkrutan.

Ini menjadi keharusan. Sebab kalau sama sekali tidak pernah ada evaluasi menyeluruh, bagaimana bisa diketahui usahanya dalam keadaan sehat atau sedang sakit, akan beruntung atau buntung?

Bila dalam urusan dunia saja yang fana dan bakal sirna, seperti itu tuntutan untuk mendapatkan keberhasilan, apalagi dalam urusan akhirat.

Urusan akhirat itu lebih pelik dan lebih berat. Persoalannya bukan hidup mati, namun keselamatan dan kebahagiaan abadi atau celaka dan kesengsaraan selamanya, wal iyadzu billah. Durasinya bukan puluhan tahun dan abad, namun tanpa batas waktu lagi.

Bila demikian halnya, mengapa kita tidak mengevaluasi diri kita baik dalam perkara kecil atau pun besar? Mengapa seseorang tidak bertanya kepada dirinya dengan beberapa pertanyaan semisal:

Apa saja yang menyebabkan aku merasa malas untuk melaksanakan shalat pada waktunya ?
Mengapa aku meninggalkan shalat Jamaah di masjid ?
Mengapa aku tidak mau membaca al-Quran ?
Mengapa aku tidak bisa shalat shubuh pada waktunya dan selalu bangun setelah matahari terbit?
Mengapa aku masih menipu, berbuat curang dan bermain dengan riba?
Mengapa aku masih mengabaikan berbagai amanat di bawah tanggung jawabku ?
Mengapa aku masih kecanduan dengan pornografi ? dan seterusnya.
Mengapa kita tidak mengevaluasi diri kita semacam itu ? Apakah akhirat tidak penting sehingga tidak butuh perhatian kita. Apakah dunia lebih baik dan lebih utama dibanding akhirat ?

Apakah negeri akhirat yang di dalamnya tidak ada lagi penyakit, kematian, problem, kesedihan dan berbagai bencana lainnya, tidak memerlukan perhatian dari kita ?

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيْلٌۚ وَالْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لِّمَنِ اتَّقٰىۗ وَلَا تُظْلَمُوْنَ فَتِيْلًا

Katakanlah, “Kesenangan di dunia ini hanyalah sedikit, sedangkan akhirat itu lebih baik bagi orang yang bertakwa dan kamu tidak akan dizalimi sedikit pun.” [An-Nisa’: 77][i]

Allah Ta’ala juga berfirman,

اَرَضِيْتُمْ بِالْحَيٰوةِ الدُّنْيَا مِنَ الْاٰخِرَةِۚ فَمَا مَتَاعُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا فِى الْاٰخِرَةِ اِلَّا قَلِيْلٌ

Apakah kamu lebih menyenangi kehidupan dunia daripada akhirat? Padahal, kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit. [At-Taubah: 38]

Dalam sebuah hadits dari Al-Mustaurid bin Syadad radhiyallahu ‘anhu ia berkata,”Rasulullah ﷺ bersabda,

وَاللهِّ مَا الدُّنْيَا فِي الآخِرَةِ إِلاَّ مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ هذِه – وأَشارَ يَحْيَى بالسَّبَّابَةِ – فِي الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَ يَرْجِعُ ؟

”Demi Allah, tidaklah dunia dibandingkan akhirat kecuali seperti seseorang dari kalian mencelupkan jarinya ke laut – Yahya yang meriwayatkan hadits ini lalu mengisyaratkan dengan jari telunjuknya – maka lihatlah apa yang tersisa di jarinya jika ia keluarkan dari laut?” [Hadits shahih riwayat Muslim no. 2858]

Makna hadits ini, dunia ini bila dibandingkan dengan akhirat dalam hal pendeknya masa dunia ini dan bakal sirnanya segala kesenangannya, serta kekalnya akhirat dan abadinya kenikmatan dan kesenangan di dalamnya adalah seperti air yang tersisa menempel di jari telunjuk yang dimasukkan ke laut dibandingkan dengan sisa air di lautan.

Ini hanya sekedar perumpamaan untuk memudahkan orang dalam memahami penjelasan. Faktanya, akhirat jauh lebih agung dan lebih hebat dari sekedar seperti lautan kenikmatan.

Sebab, laut itu betapa pun luasnya, tetap ada batasnya. Sedangkan kenikmatan akhirat itu abadi tiada batasnya. Kenikmatan surga untuk orang mukmin dan demikian pula dengan siksa neraka untuk orang kafir, tiada batasnya.[ii] Wal ‘iyadzu billaah.

Oleh karena itu, harus ada evaluasi diri, muhasabah diri. Bila bukan harian atau pekanan maka dilakukan bulanan. Bila tidak bulanan maka paling tidak setiap tahun seseorang perlu mengevaluasi dirinya sendiri.

Ini karena waktu terus berjalan hari demi hari tanpa bisa dihentikan sama sekali. Waktu adalah kehidupan. Dengan terus berkurangnya waktu, itu sama saja jatah hidup kita juga senantiasa berkurang. Makanya aneh kalau seseorang jatah usianya berkurang setiap tahun malah dirayakan, bukan dievaluasi.

Bila setelah dievaluasi pada tahun yang telah lalu didapati lebih banyak waktu yang dihabiskan untuk kebaikan dan ketaatan, maka seseorang harus bersyukur kepada Allah Ta’ala dan bukan membanggakan diri atau menyombongkan diri.

Kemudian, berusaha keras untuk mempertahankan dan meningkatkannya, dengan senantiasa memohon pertolongan kepada Allah agar bisa istiqamah.

Dan bila didapati ternyata umurnya lebih banyak dihabiskan untuk keburukan dan kemaksiatan, maka segera bertaubat, dengan cara berhenti dari semua keburukan dan maksiat tersebut, menyesalinya dan bertekad bulat untuk tidak kembali melakukannya.

Kemudian terus menerus memohon ampunan kepada Allah Ta’ala dan pertolongan-Nya agar bisa bertaubat dengan taubat nasuha, serta bersyukur kepada Allah Ta’ala karena masih diberi waktu dan kesempatan untuk memperbaiki diri.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Baca juga: Mengenal Lebih Dekat Kurikulum Merdeka

Khutbah Kedua

الحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى إِحْسَانِهِ وَ اْلشُكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَ امْتِنَانِهِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهَ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ الدَّاعِيْ إِلَى رِضْوَانِهِ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى هَذَا النَّبِيِّ اْلكَرِيْمِ وَ عَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَ مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ

Refleksi Akhir Tahun Untuk Perbaikan Tahun Depan
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengingatkan kita agar senantiasa melakukan evaluasi diri untuk masa depan yang lebih baik di akhirat. Allah Ta’ala berfirman,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ ١٨

”Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” [Al-Hasyr: 18]

Maksud ayat ini menurut Imam Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya,”Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab. Lihatlah amal-amal shaleh yang telah kalian tabung untuk diri kalian pada hari kembali dan pertemuan kalian dengan Allah.” [Tafsir Ibnu Katsir : 4/365]

Umar bin Al-Khathab radhiyallahu ‘anhu suatu kali mengatakan,”Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab (pada hari kiamat). Timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang (pada hari kiamat) karena dengan melakukan hisab diri kalian sendiri hari ini, akan memudahkan hisab hari esok. Bersiaplah untuk menghadapi pertemuan terbesar (pada hari kiamat). Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu). Tidak ada sesuatu pun dari kamu yang tersembunyi.”

[Hadits riwayat Imam Ahmad di dalam kitab Az-Zuhd: 177]

Bila demikian halnya, maka kita perlu melakukan evaluasi diri di akhir tahun ini sebagai dasar untuk memperbaiki apa yang masih kurang dan salah dari diri kita. Kemudian mempertahankan dan meningkatkan semaksimal mungkin apa saja yang sudah sesuai dengan syariat sesuai kemampuan hingga kita tiba ajal kita.

Dengan senantiasa memohon pertolongan dan rahmat dari Allah Ta’ala, bila kita konsisten melakukan muhasabah bahkan dengan tempo yang lebih pendek, bukan setahun sekali namun setiap hari atau setiap pekan atau setiap bulan, maka peluang untuk bisa menutup diri dengan husnul khatimah menjadi lebih besar.

Doa Penutup

Semoga Allah Ta’ala mengaruniakan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua dan seluruh kaum Muslimin agar mampu istiqamah di atas tuntunan syariat yang agung ini dan menutup kehidupan kita di dunia ini dengan akhir kehidupan yang baik dan mulia.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ وَ قَاضِيَ الْحَاجَاتِ
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلاَمَ وَ اْلمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلِّ اْلكُفْرَ وَاْلكَافِرِيْنَ يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ
اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِ اْلمُسْلِمِيْنَ عَلَى اْلحَقِّ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ،
اللَّهُمَّ أَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَاهْدِهِمْ سُبُلَ السَّلَامِ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ يَا قَوِيُّ يَا عَزِيْزُ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عباد الله: إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ .اُذْكُرُوْا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ
أَقِمِ الصَّلَاةَ

Bagi Sahabat Dtangsel yang ingin versi Softcopy nya bisa diambil pada link dibawah ini

Demikinalah postingan kali ini mengenai “Khutbah Jum’at Renungan Akhir Tahun Bagi Seorang Muslim“. Semoga bermanfaat buat Sahabat Dtangsel. Jika ada link yang rusak silakan hubungi kami lewat form pengaduan.

Facebook
Twitter
LinkedIn

Iklan

Selain menyajikan informasi mengenai Kota Tangerang Selatan, DTangsel akan mengupas menyajikan Berita dan Informasi Yang Aktual, Independen dan Terpercaya.