Tradisi Rebo Pungkasan yang Masih Lestari

Tradisi Rebo Pungkasan.| Masyarakat Jawa sangat kaya dengan tradisi atau upacara adat yang hingga saat ini masih banyak dilestarikan. Tradisi atau upacara adat merupakan kearifan lokal masyarakat setempat dalam menghadapi dan menghayati kehidupan yang harus dijalani. Salah satunya adalah tradisi Rebo Pungkasan. Tradisi ini hanya terdapat di Desa Wonokromo, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Rebo Pungkasan (Rebo Wekasan, Rebokasan) merupakan upacara tradisional yang pada mulanya dilakukan di tempuran (tempat bertemunya dua sungai) Gajah Wong dan Opak. Hal ini tidak lepas dari legenda atau mitos tentang Sultan Agung saat mengadakan pertemuan dengan penguasa pantai selatan yaitu Kangjeng Ratu Kidul. Tradisi Rebo Pungkasan di tempat ini adalah untuk ‘meniru’ atau napak tilas perjalanan asmara Sultan Agung dan Ratu Kidul.

Tradisi Rebo Pungkasan yang dilakukan di tempuran ini ternyata menimbulkan banyak efek negatif. Hal ini tentu saja dirasa sangat mengganggu, terlebih bila mengingat Desa Wonokromo bisa dikatakan desa santri karena banyaknya pondok pesantren. Setelah melalui kesepakatan bersama, bentuk dan lokasi upacara kemudian dialihkan.

Upacara tradisi Rebo Pungkasan akhirnya diwujudkan dalam bentuk mengarak ”gunungan lemper” dengan berbagai pengiring seperti barisan prajurit khas Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, kereta kuda, andong, barisan seruling, barisan kesenian tradisional Jawa, dan juga yang lain. Arak-arakan dimulai dari masjid Karanganom menuju Kalurahan Wonokromo. Hal ini sudah berlangsung sejak 1980-an dan menjadi aset wisata yang banyak menyedot pengunjung. Mengapa dipilih lemper? Penulis buku ini menjelaskan bahwa lemper adalah makanan yang sudah sangat familier di masyarakat dan konon juga merupakan salah satu makanan kesukaan Panembahan Senapati.

Apabila cermat, masyarakat sebenarnya dapat menarik untung dari peristiwa ini. Potensi desa dan masyarakat dapat lebih dikembangkan. Misalnya kesenian-kesenian yang sudah meredup dapat ditampilkan kembali, seperti Shalawatan Jawa, Shalawatan Rodat (Genjreng), Berjanjen, Kubrosiswa dan Qasidah. Dalam bidang ekonomi dapat menjadi momen untuk menaikkan pendapatan. Misal melalui pengenalan dan pengembangan makanan tradisional, tempat-tempat wisata dan masih banyak hal lain. Bila dikelola dengan baik disertai kerja keras tidak mustahil dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Facebook
Twitter
LinkedIn

Iklan

Selain menyajikan informasi mengenai Kota Tangerang Selatan, DTangsel akan mengupas menyajikan Berita dan Informasi Yang Aktual, Independen dan Terpercaya.